11 Update Perang Arab: Israel Serang Lebanon Lewat Darat-Reaksi Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan Israel resmi melakukan serangan darat ke Lebanon. Pada Selasa (1/10/2024) dini hari, Israel mengatakan mulai melancarkan serangan darat terbatas ke Lebanon dengan target Hizbullah.

Sejak pekan lalu, Israel telah mengebom wilayah Kola di ibu kota Lebanon, Beirut dan dari serangan tersebut telah menewaskan pemimpin kelompok Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Berikut update terkait situasi di wilayah tersebut, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia.

Pasukan Israel Minta Warga di Lebanon Selatan Mengungsi

Tentara Israel telah mengeluarkan peringatan “mendesak” kepada penduduk 25 desa di Lebanon selatan untuk segera mengungsi dari rumah mereka.

“IDF [Tentara Israel] tidak ingin menyakiti Anda, dan demi keselamatan Anda sendiri, Anda harus segera mengungsi dari rumah Anda,” kata pernyataan yang diunggah di X. “Setiap rumah yang digunakan oleh Hizbullah untuk kebutuhan militernya diperkirakan akan menjadi sasaran.”

Ditambahkan pula bahwa penduduk harus segera menuju ke utara Sungai Awali, sekitar 60 km (36 mil) dari perbatasan dan jauh lebih jauh dari Sungai Litani, yang menandai tepi utara zona yang dideklarasikan PBB yang dimaksudkan untuk berfungsi sebagai penyangga antara Israel dan Hizbullah setelah perang mereka pada tahun 2006.

“Hati-hati, Anda tidak diizinkan pergi ke selatan. Pergi ke selatan dapat membahayakan hidup Anda,” katanya. “Kami akan memberi tahu Anda saat sudah aman untuk kembali ke rumah.”

Hizbullah Bantah Pasukan Israel Menyeberang ke Lebanon

Hizbullah membantah bahwa pasukan Israel menyeberang ke Lebanon selatan setelah Israel mengatakan pasukannya melakukan serangan “terbatas” di sana.

“Semua klaim Zionis bahwa pasukan pendudukan [Israel] telah memasuki Lebanon adalah salah,” kata pejabat hubungan media Hizbullah Muhammad Afif.

Ia menambahkan “belum ada bentrokan darat langsung antara pejuang perlawanan [Hizbullah] dan pasukan pendudukan”.

“Pejuang kami siap menghadapi pasukan musuh yang berani atau mencoba memasuki Lebanon,” katanya.

Pasukan Israel Hadapi ‘Perlawanan Sengit’

Ali Rizk, analis urusan politik dan keamanan yang berkantor di Beirut, mengatakan pasukan Israel berusaha untuk “menguasai” pejuang Hizbullah di Lebanon selatan larut malam tadi. Namun pasukan Israel berhasil dipukul mundur dan dipaksa mundur.

“Yang mungkin dilakukan pihak Israel adalah perang propaganda ketika mereka berbicara tentang keberhasilan memasuki wilayah Lebanon. Jadi ini mungkin bagian dari perang psikologis Israel, yang bukan pertama kalinya mereka menggunakan taktik seperti itu,” kata Rizk.

“Kita harus melihat bagaimana invasi darat berlangsung. Namun, menurut sumber yang memiliki hubungan dengan Hizbullah, Israel memang menghadapi perlawanan sengit pada larut malam tadi. Tampaknya ini tidak akan menjadi pertempuran yang mudah bagi Israel, bahkan jika Hizbullah telah kehilangan pemimpin dan komandan militer seniornya. Itu masih membuat Hizbullah menjadi musuh yang tangguh untuk menimbulkan kerugian besar bagi Israel dalam invasi darat mereka.”

Tekanan Oposisi Lebanon untuk Hizbullah

Faksi bersenjata Lebanon, Hizbullah, tengah mendapatkan tekanan besar. Kelompok politik itu tak hanya mendapatkan serangan hebat dari Israel, tetapi juga dari para pihak oposisinya.

Diketahui, kelompok Kristen dan Sunni telah lama melihat Hizbullah sebagai pihak yang membajak negara melalui kekuatan militer, yang lebih kuat daripada tentara Lebanon karena dukungan dari Iran.

“Hizbullah sangat rentan. Sebagai organisasi yang telah hancur, sulit untuk melihat mereka bangkit kembali seperti biasa dalam waktu dekat,” kata Mohanad Hage Ali, seorang pakar Lebanon dan peneliti senior di Carnegie Middle East Center, kepada Al Jazeera, Selasa.

Sejak berakhirnya perang saudara Lebanon selama 15 tahun pada tahun 1990, Hizbullah telah mengonsolidasikan kendali yang kuat atas politik Syiah di negara tersebut. Hizbullah memperjuangkan identitas, agama, dan perlawanan sebagai obat mujarab untuk melawan Israel dan Amerika Serikat (AS) di kawasan tersebut.

Filosofi kelompok tersebut sangat selaras dengan komunitas Syiah, yang sangat gembira ketika Hizbullah membebaskan Lebanon Selatan dari pendudukan Israel selama lebih dari 18 tahun pada tahun 2000.

Seiring dengan meningkatnya kekuasaan, kekayaan, dan senjata yang dimiliki Hizbullah, secara bertahap kelompok tersebut menjadi kekuatan dominan dalam politik Lebanon. Posisi ini menjadikannya sebagai pemeran yang dituding memecah belah di negara tersebut, dengan sebagian pihak menyebutnya ‘negara dalam negara’.

Maka itu, dengan adanya situasi ini, para ahli menganggap banyak faksi-faksi Lebanon mungkin ingin memanfaatkan kelemahan Hizbullah yang nyata untuk menegaskan kembali dominasi mereka sendiri.

Menhan Israel Beri Pengarahan Kepala Pentagon

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa ia berbicara semalam dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin tentang serangan darat di Lebanon selatan.

“Kami sepakat tentang pentingnya membongkar infrastruktur serangan di sepanjang perbatasan utara untuk mencegah serangan oleh Hizbullah terhadap warga Israel. Saya memberi pengarahan kepada Menteri tentang serangan lokal dan terarah … terhadap target Hizbullah,” kata Gallant.

“Kami juga membahas ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh Iran dan proksinya di Irak, Yaman, dan Suriah. Menekankan pentingnya postur pasukan AS dan interoperabilitas kemampuan pertahanan AS dan Israel.”

Amerika Serikat Respon Rencana Serangan Darat Israel

Amerika Serikat (AS) merespon Israel resmi melakukan serangan darat ke Lebanon. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menawarkan dukungan kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant untuk “membongkar infrastruktur serangan” di sepanjang perbatasan dengan Lebanon-Israel. Austin juga mengeluarkan peringatan kepada Iran.

“Kami sepakat tentang perlunya membongkar infrastruktur serangan di sepanjang perbatasan untuk memastikan bahwa Hizbullah Lebanon tidak dapat melakukan serangan seperti pada 7 Oktober terhadap komunitas Israel di utara,” katanya dalam sebuah pernyataan yang diungkap ke media sosial (medsos) X, mengungkit serangan Hamas di Isael setahun lalu yang menjadi dalih Israel menyerang Gaza, sebagaimana dimuat Reuters.

“Saya tegaskan kembali konsekuensi serius bagi Iran jika Iran memilih untuk melancarkan serangan militer langsung terhadap Israel,” tambahnya menunjuk Iran.

Meski begitu, di kesempatan yang sama, ia menegaskan kembali posisi AS. Meski terkesan mendukung israel, ia menyebut ‘resolusi diplomatik diperlukan’ untuk memastikan keselamatan warga sipil di kedua sisi perbatasan.

“AS berada dalam posisi yang tepat untuk membela personel, mitra, dan sekutu AS dalam menghadapi ancaman dari Iran dan organisasi teroris yang didukung Iran,” klaimnya.

“Serta bertekad untuk mencegah aktor mana pun mengeksploitasi ketegangan atau memperluas konflik,” tambahnya.

PBB Warning Invasi Darat Skala Besar di Lebanon

Liz Throssell, juru bicara kantor hak asasi PBB, telah memperingatkan terhadap “invasi darat skala besar” di Lebanon.

“Dengan meningkatnya kekerasan bersenjata antara Israel dan Hizbullah, konsekuensinya bagi warga sipil sudah sangat mengerikan,” katanya kepada wartawan di Jenewa.

“Kami khawatir invasi darat skala besar oleh Israel ke Lebanon hanya akan mengakibatkan penderitaan yang lebih besar,” kata Throssell.

Ia menyebut, sebelum serangan darat, serangan Israel yang meningkat di Lebanon dilaporkan menewaskan lebih dari 1.000 orang hanya dalam waktu dua minggu.

Kremlin Prihatin dengan Serangan Israel di Lebanon

Kremlin menyatakan sangat prihatin dengan aktivitas militer Israel di Lebanon dan serangan yang dilaporkan terhadap Damaskus. Hal ini disampaikan oleh juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

“Kita menyaksikan bersama bahwa geografi permusuhan meluas, yang selanjutnya mengganggu stabilitas kawasan dan meningkatkan ketegangan. Ketegangan ini merusak kawasan dan wilayah sekitarnya. Kami tetap sangat prihatin,” kata Peskov.

Ia menambahkan bahwa Moskow terus-menerus berhubungan dengan Damaskus.

“Kami tidak melihat adanya risiko langsung saat ini, tetapi tentu saja kami mengutuk serangan semacam itu terhadap negara berdaulat,” kata Peskov.

Menteri Qatar Minta Hentikan ‘Monster’ Israel

Lolwah Alkhater, menteri kerja sama internasional Qatar, mengkritik tajam serangan Israel terhadap Gaza dan Lebanon.

“Monster telah dilepaskan di wilayah kita. Monster yang menggunakan senjata dan metode terlarang yang menargetkan warga sipil tanpa pandang bulu,” tulisnya di X, merujuk pada Israel.

Ia menambahkan bahwa “monster itu … tidak mematuhi satu pun keputusan Dewan Keamanan” dan melanggar hukum internasional setiap hari.

“Namun, monster itu terus menerima tidak hanya restu dari beberapa aktor internasional, tetapi juga senjata dan uang pembayar pajak mereka. Keunggulan Pendudukan Israel di atas hukum internasional Harus dihentikan,” tulisnya.

“Kecuali kita bersatu untuk menghentikannya, intimidasi militer dan politik ini akan menghancurkan seluruh wilayah.”

Menlu Inggris Buka Suara Serangan Israel di Lebanon

Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengatakan bahwa tidak seorang pun ingin kembali ke masa lalu dengan Israel yang berperang di Lebanon selatan dalam jangka waktu yang lama. Ia menambahkan bahwa harga perang Timur Tengah regional akan “sangat mahal”.

“Tidak seorang pun dari kita ingin kembali ke tahun-tahun ketika Israel terjebak dalam rawa-rawa di Lebanon selatan,” kata Lammy, seperti dikutip Al Jazeera.

“Tidak seorang pun dari kita ingin melihat perang regional. Harganya akan sangat mahal bagi Timur Tengah dan akan berdampak signifikan pada ekonomi global.”

Spanyol Desak Israel Hentikan Serangan Darat ke Lebanon

Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares mengatakan Israel seharusnya tidak melakukan serangan darat di Lebanon selatan untuk menghindari eskalasi konflik.

“Kami bersikeras bahwa serangan darat harus dihentikan, karena kami menerima informasi yang sangat mengkhawatirkan,” kata Albares. Ia menambahkan bahwa “penting untuk mencapai gencatan senjata di Lebanon dan gencatan senjata di Gaza”.

Albares juga mengutuk serangan roket Hizbullah di wilayah Israel.

Ia mengatakan satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian adalah jika pihak yang bertikai mematuhi hukum humaniter internasional dan menghormati perlindungan yang diberikan kepada warga sipil.

Sejak Februari 2022, Spanyol telah memimpin Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon dan mengerahkan 650 tentara di sepanjang perbatasan selatan Lebanon dengan Israel.

(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:




Next Article


Mahkamah Internasional Minta Israel Angkat Kaki dari Palestina
 

Updated: Oktober 1, 2024 — 3:00 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *