Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak investor muda yang ogah mengikuti jejak orang tua mereka dalam berinvestasi. Investor muda usia 21-43 tahun dengan investasi minimal US$ 3 juta setara Rp 48,7 miliar (asumsi kurs Rp 16.251 per US$) kemungkinan besar tidak akan memilih investasi tradisional seperti saham dan obligasi. Hal itu terungkap dalam penelitian terbaru Bank of America.
Kepala Investasi Bank of America Mike Pelzar mengungkapkan bahwa sekitar 33% dari portofolio investor muda yang kaya berada dalam aset alternatif seperti hedge fund serta aset kripto dan digital.
Sementara itu, kurang dari setengah portofolio mereka berada dalam saham dan obligasi tradisional.
Pelzar mengatakan hal itu berbeda dengan investor kaya berusia 44 tahun ke atas, yang mengalokasikan sekitar tiga perempat portofolio mereka untuk saham dan obligasi, dan hanya sekitar 5% dalam aset alternatif seperti hedge fund, ekuitas swasta, dan real estat.
“Kedua kelompok yang berbeda berpikir sangat berbeda tentang peluang terbesar untuk investasi mereka,” kata Pelzar dilansir CNBC International, dikutip Sabtu (6/7/2024).
Dia mengungkapkan minat investor muda terhadap investasi alternatif diperkirakan tidak akan berkurang. Ada sekitar 93% mengindikasikan mereka berencana untuk menggunakan lebih banyak investasi tersebut dalam beberapa tahun ke depan.
Alasan pilih investasi alternatif
Pelzar menjelaskan sebagian besar perbedaan pandangan antara investor muda dan tua bergantung pada jenis investasi yang mereka geluti sejak kecil.
Dia menilai generasi muda mungkin juga kurang percaya saham dan obligasi tradisional setelah mengalami krisis keuangan dan kebangkrutan. Baru-baru ini, meningkatnya korelasi antara ekuitas dan pendapatan tetap mungkin mendorong mereka untuk mendiversifikasi aset.
“Mereka ingin menyebarkan risiko,” beber Pelzar.
Beberapa ahli khawatir menyimpan banyak uang tunai dapat menyebabkan hilangnya keuntungan pasar yang lebih besar, meskipun suku bunga yang tinggi saat ini menjamin bunga tertinggi atas uang tunai dalam lebih dari satu dekade.
“Kurang berinvestasi adalah risiko, dan menurut saya lebih rentan dialami oleh investor yang lebih muda,” kata Callie Cox, kepala strategi pasar di Ritholtz Wealth Management, baru-baru ini, dilansir CNBC International.
Alasan lain mengapa investor muda dan kaya beralih ke alternatif adalah karena mereka memiliki lebih banyak pilihan.
Next Article
Harga Saham Berfluktuasi, GOTO Buka Suara
(hsy/hsy)