Jakarta–
Dalam tempo hanya dua bulan bulan, tiga ekor harimau di Medan Zoo mati. Situasi itu membuat pemerhati satwa berang, mempertanyakan sikap pemerintah kota dan asosiasi kebun binatang.
Kondisi Medan Zoo yang terbengkalai, satwa-satwa mati dan sakit tidak terurus, serta gaji karyawan ditunggak bikin geleng-geleng. Bagaimana bisa kebun binatang yang dikelola pemerintah sampai kehilangan tiga harimau dalam waktu berdekatan tetapi belum ada ada tindakan apapun dari pemerintah kota.
Ketua Animal Defenders Indonesia, Doni Herdaru Tona, mempertanyakan kondisi Medan Zoo itu.
“Kebun binatang yang dikomersialkan ini sebaiknya juga punya manajemen yang baik, seperti kita tahu nih karyawannya belum gajian selama 4 bulan. Apakah ini karena trafik pengunjung rendah atau normal, tapi tidak dialokasikan buat kegiatan hewan, atau apa? Seharusnya ini perlu dievaluasi sama pemerintah kotanya, mencari masalahnya dan segera mengambil action. Gimana cerita akhirnya tiga harimau mati dalam 3 bulan ini? Ini mau nunggu habis atau bagaimana?” kata Doni kepada detikcom, Kamis (11/1/2024).
Doni pun menyinggung PKBSI (Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia) dan memberikan tindakan terhadap Medan Zoo. Dia geram dengan masalah yang kesannya dibiarkan saja.
“PKBSI perlu memeriksa nih, memberikan tindakan, apakah dibina atau ditutup atau diganti manajemennya. Ayolah, buat apa memelihara hewan tapi kalau kagak niatnya?” katanya.
Dia juga meminta walikota ataupun pengelola Medan Zoo untuk tidak denial dan tertutup terhadap kondisi kebun binatang yang memprihatinkan. Banyak ahli hewan atau pihak-pihak yang bisa dimintai bantuan.
“Menurut saya caranya ya jangan denial dulu nih wali kotanya. Karena dengan tidak denial dan tidak menutup diri, bisa objektif nih masalahnya. Ada apa sih, gitu ya? Nah kalau sudah bisa memetakan masalahnya, maka kita bisa memetakan solusinya. Kalau enggak sanggup, cari ahli sesimpel itu aja. Jangan malu-malu karena membutuhkan bantuan,” dia menambahkan.
“Kita di Indonesia itu memiliki banyak para ahli dan sumber daya. Kalau memang nanti dinyatakan tidak sanggup, bagaimana kita menyanggupinya, kan gitu ya? Apakah kita galang dana? Apakah nanti direlokasi ke tempat yang lebih baik? Apakah nanti diambil alih atau ganti manajemen. Dan akhirnya itu ditentukan oleh decision maker yaitu pemerintah kotanya,”dia menambahkan.
Doni dan teman-teman ahli lain juga membuka tangan, siap membantu masalah Medan Zoo jika memang dibutuhkan.
“Banyak ahli yang bisa memberikan pasukan soal ini. Kalau diperlukan, saya siap membantu dengan beberapa ahli memberikan tinjauan ke sana,” ujarnya.
BKSDA Sumut soal Medan Zoo
Dikutip dari detikSumut, Kepala BKSDA Sumut Rudianto Saragih Napitupulu menilai kematian-kematian harimau itu ada kaitannya dengan kondisi kebun binatang yang memprihatinkan. Menurut pantauan mereka, 2023 didapati fakta pengelolaan satwa belum memenuhi standar Lembaga Konservasi, terutama animal walfare, fasilitas kandang, dan tata kelola lingkungan.
“Hal terlihat dari kandang satwa buas yang kurang baik, seperti kandang yang sudah mulai rusak dan lembab. Itu mengakibatkan penurunan kesehatan satwa,” kata Rudianto.
Evaluasi itu telah disampaikan kepada Medan Zoo. Tetapi, kata Rudianto, Medan Zoo angkat tangan, tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut.
BKSDA Sumut kemudian memberikan bantuan berupa melakukan pengecekan rutin kesehatan satwa bersama tim medis, membantu pakan satwa, dan menerjunkan tiga tenaga perawat satwa (keeper), dan bantuan obat-obatan dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Simak Video “Walkot Bobby Disentil Usai Harimau Mati di Medan Zoo”[Gambas:Video 20detik](sym/fem)