Jakarta, CNBC Indonesia – Para pejabat Amerika Serikat (AS) meyakini Israel telah mempersempit target dalam respons potensialnya terhadap serangan Iran bulan ini pada infrastruktur militer dan energi.
Melansir Reuters, Timur Tengah dilaporkan tetap waspada terhadap eskalasi lebih lanjut dalam perang yang telah berlangsung selama setahun ini, karena Israel memerangi kelompok-kelompok yang didukung Iran, Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.
Adapun Teheran, produsen minyak utama dunia juga telah mengancam Israel dengan konsekuensi berat jika Republik Islam itu diserang.
Menurut laporan yang dirilis NBC, para pejabat AS dan Israel menyebut respons potensial itu kemungkinan akan dilakukan selama hari raya Yom Kippur. Namun demikian, pejabat Israel sampai dengan saat ini masih belum mengomentari laporan tersebut secara terbuka.
Sebagaimana diketahui, konflik antara Israel dan militan Hizbullah meletus setahun lalu ketika Hizbullah mulai meluncurkan roket ke Israel utara pada awal perang Gaza, dan telah meningkat tajam dalam beberapa minggu terakhir.
Militer Israel mengatakan, pihaknya terus beroperasi di Lebanon selatan untuk membongkar infrastruktur Hizbullah.
“Selama sehari terakhir, IAF (angkatan udara) telah menyerang sekitar 200 target Hezbollah di pedalaman Lebanon dan Lebanon selatan, termasuk sel-sel teroris, peluncur, pos rudal anti-tank, dan lokasi infrastruktur teroris,” kata militer Israel, Minggu (13/10/2024).
Israel mengatakan lima peluncuran yang melintasi Lebanon dicegat oleh angkatan udara.
Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyampaikan bahwa salah satu prajurit cadangannya dan seorang perwira terluka parah dalam dua insiden terpisah selama pertempuran di Lebanon selatan, dengan prajurit tambahan menderita luka ringan hingga sedang.
Selain itu, militer Israel juga mengatakan mereka telah menangkap seorang militan Hizbullah di Lebanon selatan setelah menemukan terowongan bawah tanah menuju tempat persembunyian, di mana mereka menemukan area dengan senjata dan perlengkapan untuk penggunaan jangka panjang.
Di lain sisi, Hizbullah mengumumkan serangan roket terhadap pangkalan transportasi Tirat HaCarmel di Haifa selatan. Hal ini sebagaimana dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB
Israel telah mengintensifkan operasi militernya dalam beberapa minggu terakhir, mengebom Lebanon selatan, pinggiran selatan Beirut, dan Lembah Bekaa. Operasi militer itu telah menewaskan banyak pemimpin tinggi Hizbullah, dan mengirim pasukan darat melintasi perbatasan.
Hizbullah pada bagiannya telah menembakkan roket lebih dalam ke Israel.
Menurut pemerintah Lebanon, operasi militer Israel yang diperluas itu telah menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang mengungsi, sebanyak 2.100 orang tewas, dan 10.000 orang terluka dalam pertempuran selama lebih dari setahun. Jumlah korban tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, tetapi mencakup sejumlah besar wanita dan anak-anak.
Sementara itu, Pentagon menyampaikan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Sabtu, menyatakan “kekhawatiran yang mendalam” tentang laporan bahwa pasukan Israel telah menembaki posisi penjaga perdamaian PBB di Lebanon dalam beberapa hari terakhir, dan mendesak Israel untuk memastikan keselamatan bagi mereka dan militer Lebanon.
Lima penjaga perdamaian terluka dalam tiga insiden terpisah sejak Kamis, kata misi penjaga perdamaian UNIFIL.
Pertempuran di kawasan yang mencakup semua kelompok militan sekutu Teheran – Hizbullah, Houthi Yaman, dan kelompok bersenjata di Irak – telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dan Iran akan terseret ke dalam konflik skala penuh di Timur Tengah penghasil minyak.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu, perlawanan Islam di Irak mengatakan bahwa mereka telah menargetkan sebuah lokasi militer di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dengan pesawat tanpa awak sebagai bagian dari dukungannya terhadap rakyat Palestina dan Lebanon. Mereka mengatakan akan terus meningkatkan serangan terhadap benteng pertahanan Israel.
Menurut perhitungan Israel, perang di Gaza dimulai setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, terhadap komunitas selatan Israel yang mengakibatkan 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang disandera.
Sementara itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, operasi militer Israel di Gaza yang bertujuan untuk melenyapkan Hamas telah menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina, dan telah menghancurkan daerah tersebut.
Next Article
Manjur! Hizbullah Pakai Senjata & Taktik Baru Hantam Pasukan Israel